Kamis, 04 Maret 2010


Arus Laut Bisa Jadi Sumber Energi

Sebut misalnya sumber energi arus laut. Selain murah karena relatif tidak mengalami fluktuasi harga di, pasar gIobal, sumber energi ini pun tidak memiliki keterbatasan pasokan atau masih bisa diperbaru (renewable energy). Apalagi kondisi geografik Indonesia juga memililki banyak laut'dengan arus gelom bang yang potensial.

Koordinator Tim Kajian Staf Ahli Bappenas BidangTataRuang dan Kemaritiman Rizal Seiful Sabirin mengungkapkan, gelombang dari arus laut di Indonesia memiliki potensi kapasitas energi sekurangnya 5,6-9 TerraWatt (TW). Bila dikonversikan menjadi liistrik, arus laut ini bisa menghasilkan energi 30.000-50.000 kali lipat lebih banyak dibandingkan kapasitas energi pembangkit PLTA Jatiluhur de-ngan kapasitas 187 MW".

Berdasarkan pengalaman itu, prospek energi arus laut menjadi menarik. Selain karena pertimbangan ekonomis yang independen dari pasar energi dunia yang spekulatif, Indonesia sebagai negara kepulauan tidak kekurangan potensi mengembangkannya "paparnya.

Untuk pembangunannya, sambung Rizal, dukungan perangkat teknologi saat ini sudah sangat memungkinkan dalam pemanfaatan energi arus laut. Apalagi beberapa negara lain juga sudah banyak yang memanfaatkan energi arus laut sebagai salah satu sumber pembangkit listriknya. Sehingga perangkat teknologi yang akan digunakan sudah memiliki acuan teknoiogi mana yang paling andal, efektif dan ekonomis.

Senada dengan Rizal, Peneliti Laboratorium Hidrodinamik Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) Erwandi dalam penelitiannya yang bertajuk 'Sumber Energi Arus : Alternatif Pengganti BBM, Ramah Lingkungan, dan Terbarukan, menyebutkan, energi arus laut merupakan salah satu sumber energi potensial yang tersedia di hampir seluruh kawasan Indonesia sehingga memungkinkan jadi sumber energi solutif bagi problem pasokan energi domestik. "Untuk wilayah Indonesia, energi yang punya prospek bagus adalah energi arus laut," sebutnya.

Menurut Erwandi,besarnya potensi energi arus laut tidak lepas dari kondisi geografik Indonesia yang memiliki banyak pulau dan selat.

Kondisi ini memungkinkan tingginya arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari yang mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Ini artinya, potensi energi yang bisa dimanfaatkan cukupbesar.

Selain itu, sambungnya, kondisi Indonesia juga berada pada lokasi pertemuan arusl aut yang diakibatkan oleh konstanta pasang surut M2 yang dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan konstanta pasang surut Kl yang dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih kurang 24 jam. Disebutkan, M2 merupakan konstanta pasang surut akibat gerak Bulan mengelilingi Bumi, sedangkan Kl adalah konstanta pasang surut yang diakibatkan oleh kecondongan orbit Bulan saat mengelilingi Bumi.

Sekedar catatan, energi arus laut timbul dari perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (ocean thermal energy convertion/OTEC).Dengan kata lain, energi ini muncul karena disebabkan oleh perbedaan tinggi permukaan air, akibat pasang surut dan energi arus laut. Secara teknis, energi itu'', dikenal juga sebagai methane hydrate atau senyawa padat campuran antara gas methan dan air yang terbentuk di laut dalam akibat adanya tekanan hidrostatik yang besar dan suhu yang relatif rendah dan konstan di kedalaman lebih dari 1,000 meter.
Erwandi menjelaskan, pemanfaatan energi arus laut memiliki beragam keistimewaan. Diantaranya, selain dikena! ramah lingkungan dibanding energi lain, arus laut juga memiliki intensitas energi kinetik yang lebih besar,bahkan dibandingkan dengan energi terbarukan yang lain. "Densitas air laut 830 kali lipat dari densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin,"jelasnya.
Keistimewaan lain, sambungnya, energi arus laut tidak memerlukan perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan. Sebab kondisi fisik pada kedalaman laut tertentu, arus cenderung tenang dan dapat diperkirakan.

Kekurangannya, lanjut dia, energi arus laut bergantung pada grafik sinusoidal sesuaidengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Bila pasang purnama, maka kecepatan arus laut bakal deras, namun saat pasang perbani, kecepatan arus berkurang kira-kira setengah dari pasang purnama, Kelemahan lain adalah mahalnya biaya instalasi dan pemeliharaan.

Berdasar perhitungan Bappenas, pengembangan energi arus laut membutuhkan pendanaan yang cukup tinggi.Untuk setiap megawatt-nya misalnya, diperlukan pendanaan sekurangnya USD 3 juta. Jelas, pendanaan sebesar ini, jauh lebih tinggi dibanding kebutuhan pendanaan pengembangan PLTA dan PLTGU, masing-masing USD 900.000-USD 1 juta per MW dan PLTU USD1 juta-, USDl, 2 juta per MW.

Meski demikian, jelas Erwandi, itu bisa disiasati dengan merancang turbin arus laut sesuai kondisi pasang perbani, yakni saat dimana kecepatan arus paling kecil. Selain itu, sistem turbin juga bisa dirancang untuk bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun. "(Bila itu dilakukan) maka kekurangan ini dapat diminirnalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar, "katanya.

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Salsia Alisjahba-na mengakui, energi arus laut perlu jadi pertimbangan pemanfaatan energi dalam negeri, Armida berharap energi ini sudah bisa masuk dalam dafiar nergi pada proyek Pembangkit listrik 10.000 megawatt tahap ketiga, mengingat proyek pembangkit 10.000 megawatt tahap sudah mulai berlangsung.

Menurut Armida, dengan potensi energi tinggi dan sifatnya yang ramah lingkungan, maka tidak jadi alasan bila pemerintah tidak mengupayakan pengembangannya.Untuk sementara, jelasnya, bisa saja energi ini dikembangkan terlebih dulu di daerah dengan tingkat kebutuhan energi tinggi seperti kawasan ekonomi khusus (KEK)dan pulau defisit listrik.

Armida tak menampik, KEK selama ini membutuhkan pasokan listrik yang ekstra baik kuantitas maupun kualitas dalam rangka mendukung kegiatan investasi di dalamnya. "Serta daerah kepulauan yang ternyata kurang terakomodasi dalara Rencana Umum Kelistrikan Nasional 2008-2025. Maka energi arus laut ini mungkin dapat menjadi solusinya," ujar Arroida di Jakarta, belum lama ini.

Namun mengingat tingginya biaya yang harus dikeluarkan, sambungnya, pemerintah berharap swasta bisa berpartisipasi dengan merealisasikan investasi pada proyek-proye kini. Selain memungkinkan swasta melakukan kapitalisasi, ini juga dimungkinkan kareha keterbatasan belanja yang dimiliki pemerintah (sumber: www.fisika.undip.ac.id).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar